Dini ingin sekali menjadi atlet basket jempolan. Untuk itu, ia aktif di klub basket di sekolahnya. Namun, ada yang mengganjal di hati gadis 12 tahun ini. Sebab, tinggi badannya hanya 145 sentimeter, sedangkan teman-teman sebayanya satu klub rata-rata bertinggi badan 155-160 sentimeter. Agar tinggi tubuhnya terdongkrak, Dini pun rajin minum susu, plus berenang tiga kali sepekan.
Khawatir anaknya rendah diri karena tinggi badannya di bawah teman-teman sesama pemain basket, Mia, ibunda Dini, berkonsultasi ke dokter gizi. Ternyata, menurut dokter, tak ada yang salah dengan tinggi badan Dini. Sebab, Dini masih muda dan tubuhnya dalam proses pertumbuhan. Nah, untuk membantu agar pertumbuhan tubuh Dini optimal, Mia mengubah pola makan Dini sesuai dengan anjuran dokter gizinya.
Menurut dokter spesialis gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Saptawati Bardosono, tinggi badan merupakan indikator pertumbuhan anak yang terkait dengan penambahan massa tulang, otot, dan jaringan ikat lainnya. Untuk mendapatkan pertumbuhan tinggi badan yang ideal pada anak, orang tua harus memperhatikan kandungan zat gizi yang terdapat dalam makanan anak. Zat gizi yang erat kaitannya dengan pertumbuhan tinggi badan adalah energi, protein, kalsium, vitamin D, yodium, zat besi, zinc, dan vitamin C. “Sebab itu, pilihlah bahan makanan yang kaya akan zat-zat itu,” ujar dia kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Saptawati memaparkan, tulang sebagai organ utama penyangga dan penentu tinggi tubuh manusia terdiri atas susunan kalsium, fosfat, magnesium, dan beberapa zat lainnya. Karena itu, bahan makanan yang kaya akan kalsium, seperti telur dan susu, sangat baik dikonsumsi guna mendukung pertumbuhan tulang anak.
Selain mengkonsumsi zat gizi yang tepat, Saptawati menganjurkan orang tua agar mengajak anaknya berjemur di bawah sinar matahari pagi. Sebab, sinar matahari merangsang tubuh untuk memproduksi vitamin D. Selain berfungsi meningkatkan penyerapan kalsium di dalam saluran cerna, vitamin D berfungsi mentransfer kalsium melintasi membran sel sehingga dapat menguatkan tulang.
Di luar urusan asupan makanan, orang tua juga harus memperhatikan berat badan anak. Sebab, kelebihan berat badan atau obesitas menjadi salah satu penyebab terhambatnya pertumbuhan tulang sehingga tinggi anak tidak maksimal. “Obesitas menyebabkan penumpukan lemak di bawah kulit yang akan menghambat penyerapan kalsium,” ujar Saptawati
Tidak ada salahnya mengajak anak berdiet asalkan mengikuti anjuran dokter. Sebab, anak-anak masih dalam masa pertumbuhan. Menurut Saptawati, diet yang sehat adalah tetap mempertahankan proporsi gizi seimbang sehingga dapat dipastikan tubuh dapat memperoleh zat gizi lengkap dari berbagai jenis bahan makanan termasuk kalsium.
Menurut C.D. Summerbell dalam bukunya Interventions for Preventing Obesity in Children, memperbaiki kegemukan pada anak cukup mudah. Yang penting, orang tua mampu menyesuaikan asupan kalori dengan kebutuhan anak. Kebutuhan kalori dapat bervariasi, tergantung pada aktivitas anak. Semakin aktif anak, kebutuhan kalorinya akan meningkat. Namun, perlu diingat bahwa porsi makan anak tidak sebanyak porsi makan orang dewasa. Karena itu, sebaiknya berikan setengah atau dua per tiga porsi dewasa ketika mengajak anak makan di luar.
Selain itu, orang tua harus pandai-pandai memilih minuman untuk anak agar terhindar dari obesitas. Penelitian membuktikan anak-anak yang mengkonsumsi minuman manis atau minuman bersoda cenderung lebih gemuk dibandingkan dengan anak yang tidak mengkonsumsi kedua jenis minuman itu.
Salah satu minuman yang dianjurkan bagi anak dalam masa pertumbuhan adalah susu. Menurut dokter spesialis gizi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Samuel Oetoro, agar pertumbuhan terjamin, anak harus minum dua gelas susu (setara 500 cc) setiap hari. Sementara itu, untuk olahraga, anak-anak dianjurkan mengikuti latihan basket dan berenang. “Sebab, gerakan dalam basket dan renang dapat menstimulasi tulang,” katanya.
sumber : tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar