Jakarta, Makan adalah kebutuhan utama manusia. Dengan makan, manusia akan memperoleh nutrisi untuk terus hidup. Namun bagaimana bila mengidap alergi yang membuat berisiko meninggal setiap kali makan?
Inilah yang dialami Nicole Gray (19), remaja ini mengidap alergi yang berubah-ubah sehingga ia berisiko meninggal setiap hari. Dalam 3 tahun terakhir ini ia telah dilarikan ke rumah sakit lebih dari 100 kali setelah dikatakan mengidap alergi terhadap beberapa jenis makanan dan peralatan rumah tangga. Akibat alerginya yang terus berubah, ia tidak tahu makanan apa yang aman untuk ia konsumsi.
Selama berbulan-bulan ia hindari mengonsumsi segala makanan yang mengandung bahan kacang setelah timbul reaksi alergi parah akibat hazelnut. Namun kemudian ia sengaja mencoba mengonsumsi makanan dari kacang dan ternyata tidak berefek apapun pada tubuhnya. Ia pun mulai merasa ada yang berubah dari alerginya. Sebelumnya ia juga pernah mengalami reaksi yang sama terhadap kerang dan cokelat.
"Setelah alergi saya terhadap kacang hilang, saya menjadi alergi terhadap kerang dan cokelat. Biasanya reaksi itu dimulai dengan gatal dan ruam pada kulit. Tenggorokan saya bengkak, lidah dan mata saya bengkak, saya pun juga jadi kesulitan bernapas dan pusing," ujar Nicole.
Bahan makanan dan benda lain yang pernah masuk daftar pemicu alerginya adalah keju, sirup maple, pir, ibuprofen, aspirin, tisu wajah, dan beberapa produk sabun, seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (14/9/2013).
"Jika saya tidak segera mendapat pengobatan yang tepat, reaksi alergi ini bisa membunuh saya dalam waktu 5 menit," ujar Nicole.
"Ini bukan sekadar permainan, ini urusan hidup dan mati. Saya sangat kesulitan menghadapinya. Bahkan saat saya pergi ke bar, saya harus memastikan orang-orang disana tahu saya menderita alergi dan asma," lanjutnya.
Para ahli dari The Anaphylaxis Campaign, sebuah lembaga pendukung penderita alergi, menyatakan bahwa alergi langka Nicole mungkin disebabkan karena dirinya memiliki ambang batas variabel alergi tidak menentu, sehingga pemicu alerginya pun menjadi bervariasi dan berubah-ubah.
Nicole kini tinggal bersama ibunya, Grace (49), di Musselburgh, East Lothian. Diakui oleh ibunya bahwa tidak ada riwayat alergi parah dalam keluarga mereka. Nicole pertama kali didiagnosis asma saat berusia 15 tahun dan saat ia berusia 16 tahun ia didiagnosis alergi kacang. Diagnosis ini diberikan setelah ia makan eskrim hazelnut dan timbul reaksi alergi parah pada tubuhnya.
Nicole saat itu dilarikan setidaknya seminggu sekali ke rumah sakit dan terpaksa meninggalkan sekolah, serta tidak dapat mengikuti ujian akhir. "Seseorang dengan alergi terhadap makanan seperti kacang, ikan, dan kerang cenderung akan mengidapnya seumur hidup," ujar Moira Austin, juru bicara dari Anaphylaxis Campaign.
"Ambang batas alergi tiap orang bergantung pada sejumlah faktor, seperti tingkat kesehatannya, apakah ia memiliki asma dan apakah asmanya terkendali dengan baik. Faktor lainnya adalah olahraga dan stres," lanjut Austin.
http://health.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar