Jakarta, Suara tangis bayi yang identik dengan "oweee.. oweee.." ternyata berbeda antara satu bayi dengan bayi lain. Karena itu setiap tangisan bayi memiliki cirinya sendiri, sehingga orang tua dapat mengenali anaknya. Namun, siapa ya yang lebih peka dalam hal ini, ayah atau ibu?
Dikutip dari Fox News, Rabu (17/4/2013) ayah dan ibu ternyata memliki kemampuan sama baiknya dalam mengidentifikasi tangisan bayi mereka. Hal ini dibuktikan oleh sebuah penelitian.
Temuan yang dipublikasikan pada Selasa (16/4) dalam jurnal Nature Communications menunjukkan pengalaman, bukan naluri keibuan, dan lebih mengarah pada pengenalan yang berperan dalam pengenalan orang tua pada anaknya.
"Sebelum penelitian ini ada pendapat bahwa ibu-ibu lebih mampu mengenal anak mereka dari tangisannya dibanding para ayah," ucap Nicholas Mathevon, seorang bioakustisian di Universitas Jean Monnet, Prancis.
Nicholas menuturkan bahwa Ayah miliki kemampuan yang sama baiknya dengan ibu dan ini hanya masalah pembelajaran saja.
Berteriak Seperti Hewan
Sebenarnya masih diragukan apakah mengenal perbedaan tangisan antara satu bayi dengan bayi yang lain adalah hal yang penting. "Kita tidak seperti pinguin yang kehilangan anaknya di antara ribuan pinguin lainnya, sehingga kita harus mengenali tangisannya," kata Nicholas kepada LiveScience.
Nicholas pun menambahkan jika orang tua mampu mengenali tangisan bayi sendiri, maka dapat membantu mengetahui kebutuhan anaknya. Misalnya saja orang tua jadi tahu kondisi anaknya saat lapar atau sakit, hanya dari ratapan dan tangisan mereka.
Studi terdahulu menunjukkan bahwa perempuan pada umumnya memang lebih baik dalam hal ini, dan beberapa peneliti pun masih berpegang pada pandangan mengenai "naluri keibuan" yang dapat dijelaskan lewat genetika.
Menurut penelitian lain, tangisan bayi dapat meningkatkan hormon testosteron pada pria, sesuatu seperti perilaku "Saya akan melindungimu".
Ini Anakku
Untuk melihat bagaimana pria dan wanita memiliki tugas yang berbeda, kelompok merekam tangisan bayi dalam 2 lokasi, di Prancis dan di Republik Congo. Kemudian mereka meminta 27 ayah dan 29 ibu untuk memilih bayi mereka dari 4 bayi lainnya melalui tangisannya.
Rata-rata, sekitar 90 persen orang tua saat itu mampu memilih dengan benar yang mana anak mereka. Pria dapat memilih anak mereka sama baiknya dengan perempuan. Pria yang tidak banyak menghabiskan waktu bersama anaknya menunjukkan hasil yang buruk dalam tugas ini.
Perbedaan lintas-budaya atau jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang berarti.
Dalam studi, Nicholas serta timnya juga menunjukkan bahwa perempuan yang menghabiskan waktu bersama bayinya kurang dari 4 jam per hari juga memiliki performa yang sama buruknya. Jadi, jelas ini berdasarkan pengalaman, bukan insting, dan perlu terus diasah.
Kerja Sama dalam Memelihara
Nicholas menegaskan bahwa temuan ini menopang gagasan bahwa manusia berevolusi untuk menjadi orang pemelihara yang kooperatif. Tidak hanya ibu, tetapi juga ayah, saudara, bibi, dan paman semua turut berperan dalam membesarkan anak-anak. Hasilnya, tidak hanya perempuan yang memiliki kemampuan untuk merawat anak.
"Ada pepatah Afrika yang mengatakan bahwa Anda membutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak, dan saya pikir itu benar," ucap Nicholas.
Dalam penelitian selanjutnya, Nicholas ingin melihat apakah pria dan wanita memiliki perbedaan dalam kemampuan untuk mengetahui kebutuhan anak seperti kelaparan atau ketidaknyamanan melalui tangisan mereka.
Nah, ayah dan ibu, menghabiskan waktu dengan buah hati ternyata dapat membuat Anda lebih peka terhadap kebutuhan anak. Selain itu, Anda juga dapat meningkatkan ikatan batin dengan mereka.
http://health.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar