Kamis, 23 Mei 2013

5 Tanda Anak Mengalami Gejala Awal Gangguan Mental


Jakarta, Anak-anak nakal itu biasa, maka segala tingkah laku anak yang sekiranya tidak lazim biasanya orang tua memaklumi. Di satu sisi, gangguan mental bisa muncul sejak masih kanak-kanak, namun sulit dideteksi karena pemakluman ini.

Para peneliti di Harvard Medical School menemukan bahwa 50 persen kasus gangguan mental yang bertahan hingga seumur hidup bisa dikenali sejak usia 14 tahun. Saat usia mencapai 24 tahun, kemungkinannya bertambah menjadi 75 persen. Padahal semakin baik mendapat penanganan, maka kemungkinan sembuh juga semakin besar.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di AS menerangkan bahwa di antara anak-anak berusia 3 - 17 tahun, sebanyak 1 dari 5 anak memiliki gangguan mental. Gangguan tersebut berupa Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan perilaku, autisme, gangguan mood dan kecemasan, penyalahgunaan zat dan sindrom Tourette.

Untuk mengetahuinya, ada 5 tanda-tanda peringatan yang bisa dideteksi pada anak-anak seperti dilansir Medical Daily, Rabu (22/5/2013).

1. Perubahan suasana hati yang bertahan lama
Perubahan suasana hati yang berlangsung selama 2 minggu bisa menjadi indikator kuat dari gangguan mental yang serius pada anak. Perubahan yang dimaksud biasanya berkisar dari hiperaktif menjadi melankolis dalam rentang waktu singkat tanpa penyebab yang jelas. Hal itu merupakan tanda awal gangguan bipolar.

Menurut lapioran American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP), sekitar sepertiga dari 3,4 juta anak-anak dan remaja di AS yang didiagnosis dengan depresi didahului oleh gangguan bipolar. Perubahan suasana hati secara tiba-tiba dan hiperaktif yang disertai dengan kelesuan berpotensi menghasilkan gangguan kronis.

2. Ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan
Ketakutan dan kekhawatiran pada anak-anak umum dialami oleh anak usia dini. Biasanya yang paling sering ditakuti adalah kegelapan, makhluk-makhluk khayalan, atau terpisah dari pengasuhnya. Pada anak-anak SD, yang sering dicemaskan adalah masa menjelang masuk sekolah dan khawatir tentang penerimaan sosial di antara teman-teman sebayanya.

Namun apabila ketakutannya berlebihan sampai mengganggu aktifitas sehari-hari, nampaknya perlu dilakukan penanganan. Anak-anak yang didiagnosis dengan kecemasan sering menunjukkan kekhawatiran secara spesifik.

3. Perubahan perilaku yang ekstrim
Perilaku menentang adalah wajar bagi anak-anak. Sering kali perilaku ini didorong oleh keinginan mengetes, apakah dirinya bisa berbuat sesuatu tanpa harus meminta izin orang tua. Namun terkadang perilaku menentang atau memberontak ini bisa disebabkan oleh masalah yang serius.

Gangguan oposisi pemberontak atau oppositional defiant disorder (OOD) umumnya dimulai saat anak berusia 8 tahun, Biasanya dimulai sebelum masa remaja awal. Contoh perilaku mengkhawatirkan yang akan memicu pembangkangan demi pembangkangan adalah membeli beberapa video game tanpa keinginan untuk benar-benar memainkannya.

4. Perubahan fisik
Diperkirakan sekitar 80 persen orang dengan penyakit mental serius mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Perubahan penampilan fisik yang mendadak dan tidak sesuai dengan pubertas dapat menjadi indikator kuat bahwa anak tengah menderita gangguan. Demikian pula penurunan berat badan akibat kurangnya nafsu makan.

Perubahan tubuh yang disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol atau obat adalah gejala depresi pada remaja. Ini terlihat dari kurangnya perhatian terhadap penampilannya sendiri. Anak juga berisiko lebih besar terkena depresi jika salah satu atau kedua orang tuanya menderita penyakit yang sama.

5. Kurang konsentrasi.
Anak-anak yang sulit berkonsentrasi secara ekstrim berpotensi mengidap gangguan mental. Oleh karena itu, penting untuk membedakan anak yang hanya ingin menonton acara televisi favorit saja dibandingkan anak yang tidak mampu berfokus pada acara TV kesukaannya.

Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada tugas sederhana adalah gejala ADHD atau depresi. Kurangnya fokus mungkin disebabkan pikiran yang berlebihan, rasa malu, bersalah dan takut yang bisa sangat berbahaya jika menuju pemikiran tentang bunuh diri. Kesulitan berkonsentrasi pada anak sering mempengaruhi kehidupan akademik dan sosialnya.


http://health.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar