Jakarta, Pos pelayanan terpadu atau yang lebih akrab disebut Posyandu merupakan salah satu lembaga kesehatan yang kini mulai tenggelam namanya. Saat ini semakin banyak masyarakat yang mengabaikan pentingnya keberadaan Posyandu. Padahal, posyandu merupakan ujung tombak pengontrol gizi anak.
"Posyandu merupakan ujung tombak pengontrol pertumbuhan. Kalau anak yang sehat, umur tambah berat tambah. Kalau umurnya bertambah tapi berat badan tidak bertambah berarti ada sesuatu. Jika dibiarkan inilah yang menjadi sumber anak yang berpotensi menjadi anak pendek dan gizi buruk ke depannya," ujar Direktur Indonesian Nutrition Foundation for Food Fortification Prof. (Em) Soekirman, MPS-ID dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Kamis (18/4/2013).
Gizi buruk diketahui menjadi dua masalah besar di negara berkembang. Tetapi menurut Prof Soekirman, ini bukanlah masalah utamanya, anak pendek atau stunting ternyata menjadi masalah yang lebih besar. Anak pendek pun sering dikaitkan dengan kognitif yang kurang baik karena kurang maksimalnya nutrisi untuk mengembangkan sel otak.
Senada dengan hal ini, dr Endang L. Achadi, MPH, Dr.pH mengatakan bahwa ibarat gunung es, gizi buruk merupakan masalah puncaknya. "Kalau puncaknya saja yang ditangani gunungnya masih kelihatan kan? Jadi yang harus ditangani terlebih dahulu itu kaki gunungnya, harus dicegah dari awal," kata dr Endang.
Kemudian Prof Soekirman mengungkapkan bahwa banyak yang mengabaikan penimbangan berat bayi. "Saya sendiri menyayangkan posyandu sekarang sudah tidak terurus. Padahal Posyandu memiliki peran penting," ucapnya.
Seperti diketahui sejak tahun 2010, PBB telah mencanangkan program "Scaling Up Nutrition" (SUN) secara global. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas program gizi di negara berkembang termasuk Indonesia dalam menghadapi beban ganda masalah gizi yaitu anak pendek dan obesitas.
http://health.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar