Sabtu, 18 Mei 2013

Anak Bersikap Agresif? Ini Dia Faktor Pemicunya




Jakarta, Maraknya kasus geng motor tentu membawa perhatian khusus bagi masyarakat. Selain kebut-kebutan di jalan geng ini juga kerap menyakiti orang yang melintas di jalan.

Agresivitas yang tampil pada remaja ini ternyata bisa juga tercipta akibat faktor bawaan. Hal ini diungkapkan oleh psikolog Roslina Verauli, M.Psi pada detikHealth dan ditulis pada Jumat (17/5/2013).

"Agresifitas bisa jadi bawaan atau gen dari orang tuanya namun apakah hal ini akan tampil butuh faktor pencetus. Nah, faktor pencetusnya ini yang harus dicari tahu," ujarnya.

Menurut Vera ketika anak memiliki kecenderungan melakukan aksi destruktif jangan-jangan anaknya sudah punya conduct disorder atau gangguan conduct seperti menyakiti orang atau melanggar aturan. Ia pun mengatakan ada beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya agresivitas ini.

"Beberapa faktornya adalah orang tua, karakter anaknya apakah tempramennya memang sulit diatur, kecerdasan yang kurang berkembang karena pendidikannya rendah. Kemudian lihat juga lingkungannya berisiko atau tidak, dan juga pemerintah ini termasuk dalam faktor pemicunya," kata Vera menjelaskan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Vera di lapas anak Tangerang, ia mendapatkan perbedaan kecenderungan antara kriminalitas anak Indonesia dibandingkan dengan negara lain. "Kalau dilihat di sini anak di negara Barat khususnya menjadi seperti itu karena mereka pernah menjadi korban, sedangkan kalau di Indonesia itu karena adanya lack of emphaty atau kurangnya empati terhadap orang lain," tuturnya.

Kurangnya empati diduga terjadi lagi-lagi karena pendidikan yang kurang serta pemahaman moral yang tidak tertanam dengan baik. Selain itu faktor orang tua yang cuek turut menjadi penyebab kurangnya empati.

"Anak-anak yang seperti itu kebanyakan orang tuanya buruh, pergi pagi pulang pagi sehingga keadaannya tidak kondusif," tutur Vera.

Jika anak memiliki sikap agresif, menurut Vera sebaiknya orang tua memberikan penyaluran dalam bentuk olahraga seperti tinju. Tetapi akan lebih baik jika ekspresi tersebut lebih dikelola dengan menanamkan serta mengembangkan rasa empati pada anak.

"Dengan mengembangkan empati maka anak akan lebih peka terhadap orang lain. Empati adalah dasar dari segala kebaikan," tutup Vera.



http://health.detik.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar